Jumat, 09 Maret 2012

Sejarah Candi Jago


 Candi Jago (Jajaghu)





Candi Jago (Jajaghu) terletak di Dusun Jago desa Tumpang, kecamatan Tumpang Kabupaten Malang. Dari pusat kota Malang 22 km ke arah timur. Ketinggian daerahnya 597 m dpl, dengan suhu rata-rata 20 - 29 C. Posisi Candi ini berdiri diantara pemukiman penduduk desa Tumpang, persisnya dari jalan Raya Tumpang 200 m ke arah Timur. Jarak candi dengan pemukiman penduduk hanya 2 - 3 m yang hanya dibatasi dengan pagar kawat berduri.

sedangkan penduduknya sendiri atau masyarakat sekitarnya menyebut candi ini dengan sebutan tradisi ialah "CUNGKUP", yang maksudnya adalah suatu bentuk bangunan yang dikeramatkan.




Nama atau sebutan candi ini adalah "JAJAGHU" yang tertulis dikitab kuno yaitu kitab Pararaton dan kitab Sastra kuno Nagara Kertagama. Arti dari Jajaghu adalahPenyebutan dari suatu nama tempat suci, atau dapat pila diartikan dengan istilah Keagungan.

Muka Kala





Masa Pendirian Candi jago (Jajaghu)
Didalam kitab sastra kuno NAGARAKERTAGAMA yang tercantun di dalam salah satu teksnya yang tertera pada pupuh 41 bait 4 pada baris ke 2 yang berbunyi: Cakabda kanawawa ni sithi bathara Wisnhumulih ing suralaya pejah dinamartasira WaleriCiwawambhalan Sugatawimbhamungguwing Jajaghu, yang artinya: tahun saka awan Sembilan mengebumikan tanah (1190 saka) atau 1268 masehi, Raja Wisnu atau Çri Jaya Wisnuwardhana (Raja Singhasari ke 4) berpulang atau meninggal meninggal dunia lalu dicandikan di Waleri sebagai Arca Çiwa (Hindhu) dan di Jajaghu sebagai Budha.
Jadi kesimpulannya, bahwa Raja Wisnuwardhana yaitu Raja Singhasari ke 4 meninggal dunia pada tahun 1268 Masehi kemudian dicandikan ( diDermakan)di dua tempat, yaitu:
1.      Di Candi Waleri (di Blitar) sebagai Hindhu atau Çiwa.
2.      Di Candi Jajaghu (Jago di Tumpang – Malang) sebagai Budha.
Dari keterangan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa:
1.      Raja Wisnuwardhana menganut agama dari percampuran  dua agama ( Singkritisme), yaitu agama Hindu Budha (Çiwa Budha) dalam aliran Tantrayana. Proses pencampuran dua agama tersebut karena Raja Wisnuwardhana menyadari bahwa dua agama tersebut mempunyai tujuan mulia yang sama.
2.      Adanya pahatan Padma (bunga teratai) yang keluar dari pongkolnya dan menjulur ke atas pada stela arcanya, hal ini menjadi cirri khas kerajaan Singhasari.
3.      Dapat diperkirakan peresmian candi ini pada tahun 1280M. Bersamaan dengan diadakannya upacara CRADHA (Pelepasan roh dari dunia berselang 12 tahun setelah meninggalnya.
Relief Narasinghamurti
Candi Jago (Jajaghu) yang sekarang ini pernah mengalami perubahan yaitu diperlebar dan diperindah pada masa kejayaan Majapahit, sekitar tahu 1343M dan sebagai arsitek masa itu adalah Arya Dewaraja Mpu Aditya atau lebih dikenal dengan nama Adityawarman Dibuktikan dengan adanya Arca Bhairawa (hilang dicuri pada tahun 2001) yang sebagai perwujudan Adityawarman ketika masih bersetatus  Mahadiraja di kerajaan Majapahit. Setelah berstatus Maharajadiraja di Swranadwipa Raja Adityawarman membuat Arca Bhairawa yang mirip di Candi Jago tetapi lebih besar di Jambi (Sumatra).

Sumber: Dari Warga Tumpang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar