Candi Jago (Jajaghu)
Candi Jago (Jajaghu) terletak di Dusun Jago desa Tumpang, kecamatan Tumpang Kabupaten Malang. Dari pusat kota Malang 22 km ke arah timur. Ketinggian daerahnya 597 m dpl, dengan suhu rata-rata 20 - 29 C. Posisi Candi ini berdiri diantara pemukiman penduduk desa Tumpang, persisnya dari jalan Raya Tumpang 200 m ke arah Timur. Jarak candi dengan pemukiman penduduk hanya 2 - 3 m yang hanya dibatasi dengan pagar kawat berduri.
sedangkan penduduknya sendiri atau masyarakat sekitarnya menyebut candi ini dengan sebutan tradisi ialah "CUNGKUP", yang maksudnya adalah suatu bentuk bangunan yang dikeramatkan.
Nama atau sebutan candi ini adalah "JAJAGHU" yang tertulis dikitab kuno yaitu kitab Pararaton dan kitab Sastra kuno Nagara Kertagama. Arti dari Jajaghu adalahPenyebutan dari suatu nama tempat suci, atau dapat pila diartikan dengan istilah Keagungan.
Muka Kala |
Masa Pendirian Candi jago (Jajaghu)
Didalam kitab sastra kuno NAGARAKERTAGAMA yang tercantun di dalam salah satu teksnya yang tertera pada pupuh 41 bait 4 pada baris ke 2 yang berbunyi: Cakabda
kanawawa ni sithi bathara Wisnhumulih ing suralaya pejah dinamartasira
WaleriCiwawambhalan Sugatawimbhamungguwing Jajaghu, yang
artinya: tahun saka awan Sembilan mengebumikan tanah (1190 saka) atau
1268 masehi, Raja Wisnu atau Çri Jaya Wisnuwardhana (Raja Singhasari ke
4) berpulang atau meninggal meninggal dunia lalu dicandikan di Waleri
sebagai Arca Çiwa (Hindhu) dan di Jajaghu sebagai Budha.
Jadi
kesimpulannya, bahwa Raja Wisnuwardhana yaitu Raja Singhasari ke 4
meninggal dunia pada tahun 1268 Masehi kemudian dicandikan (
diDermakan)di dua tempat, yaitu:
1. Di Candi Waleri (di Blitar) sebagai Hindhu atau Çiwa.
2. Di Candi Jajaghu (Jago di Tumpang – Malang) sebagai Budha.
Dari keterangan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Raja Wisnuwardhana menganut agama dari percampuran dua agama ( Singkritisme), yaitu agama Hindu Budha (Çiwa Budha) dalam aliran Tantrayana. Proses
pencampuran dua agama tersebut karena Raja Wisnuwardhana menyadari
bahwa dua agama tersebut mempunyai tujuan mulia yang sama.
2. Adanya pahatan Padma
(bunga teratai) yang keluar dari pongkolnya dan menjulur ke atas pada
stela arcanya, hal ini menjadi cirri khas kerajaan Singhasari.
3. Dapat diperkirakan peresmian candi ini pada tahun 1280M. Bersamaan dengan diadakannya upacara CRADHA (Pelepasan roh dari dunia berselang 12 tahun setelah meninggalnya.
Relief Narasinghamurti |
Candi
Jago (Jajaghu) yang sekarang ini pernah mengalami perubahan yaitu
diperlebar dan diperindah pada masa kejayaan Majapahit, sekitar tahu
1343M dan sebagai arsitek masa itu adalah Arya Dewaraja Mpu Aditya atau lebih dikenal dengan nama Adityawarman
Dibuktikan dengan adanya Arca Bhairawa (hilang dicuri pada tahun 2001)
yang sebagai perwujudan Adityawarman ketika masih bersetatus Mahadiraja
di kerajaan Majapahit. Setelah berstatus Maharajadiraja di Swranadwipa
Raja Adityawarman membuat Arca Bhairawa yang mirip di Candi Jago tetapi
lebih besar di Jambi (Sumatra).
Sumber: Dari Warga Tumpang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar